Sabtu, 23 April 2011

The Devil and Miss Prym by Paulo Coelho (da Quote)

Judul: The Devil and Miss Prym 
Judul lain: Iblis dan Miss Prym
Penulis: Paulo Coelho
Gramedia Pustaka Utama, September 2005, 256 hlm
Penerjemah: Rosi L. Simamora


Jika kita memiliki cukup waktu memikirkan hidup itu sendiri. (Saya tidak mengerti jika ada orang yang terlalu sibuk untuk memikirkannya)
Mungkin sedikit banyak memahami apa yang dimaksudkan Paulo Coelho.
Menurut saya tidak mungkin melakukan review untuk isi tulisan Paulo Coelho, well tulisannya memang untuk dipahami, dengan isi kepala dan hati kita.
Topik buku ini sendiri mengenai "Pilihan." Pilihan-pilihan yang ada saat ini akan menciptakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan membuat keputusan saat ini bukanlah hal yang mudah jika dikaitkan dengan hati nurani. 1+1=2. Tapi bagaimana jika 1+1+1%sin=?? Mungkin jawabannya 2 dan guilty??

Saya hanya ingin berbagi beberapa kutipan menarik dari The Devil and Miss Prym. Yang ada di bawah ini merupakan bagian yang saya pahami dan tentu sudah pernah saya pikirkan dalam masa hidup saya yang pendek ini. Dan menjadi sangat menarik karena penulis dapat menyuarakannya dengan irama yang dramatis (menurut saya).


p.51
... Ia baru menyadari, ada dua hal yang mencegah kita meraih mimpi-mimpi kita: percaya bahwa mimpi-mimpi itu mustahil atau menyaksikan bagaimana putaran nasib mendadak membuat impian itu menjadi mungkin, tepat ketika kita sama sekali tidak menduganya...
Di saat seperti ini segenap ketakutan kita muncul di permukaan: takut memulai perjalanan yang membawa kita entah kemana, takut terhadap kehidupan yang penuh tantangan baru, takut selamanya akan kehilangan segala sesuatu yang akrab dengan kita. Manusia ingin mengubah segalanya dan, pada saat yang sama, ia ingin semuanya tidak berubah. Chantal tidak langsung mengerti sebabnya, tapi itulah yang terjadi padanya. Mungkin ia terlalu terikat pada Viscos, terlalu terbiasa pada kekalahan, sehingga setiap kesempatan untuk menang menjadi beban yang terlalu berat untuk ditanggung.

p.106
"Kau orang yang menderita dan menginginkan balas dendam..........Hatimu telah mati, jiwamu dselubungi kegelapan. Iblis yang menemanimu tersenyum karena kau memainkan permainan yang diciptakannya." ........
"Di hutan, kaubilang ingin mencari jawaban untuk beberapa pertanyaan, tapi dari caramu menyusun rencanamu, hanya Jahat-lah yang akan menang. Kalau tidak ada yang dibunuh, Baik hanya akan mendapat pujian. Dan seperti yang kauketahui, pujian tidak bisa memberi makan mulut-mulut yang kelaparan atau menolong membangun kembali desa yang sekarat. Kau tidak sedang mencari jawaban, kau hanya mencoba menegaskan sesuatu yang sangat ingin kaupercaya, yaitu bahwa semua orang itu jahat."

p.107
"Kalau seluruh dunia ini jahat, maka tragedi yang menimpamu itu bisa dibenarkan. Dengan begitu akan lebih mudah bagimu untuk menerima kematian istri dan anak-anakmu. Tapi kalau orang baik benar-benar ada, maka, seperti apapun kau menyangkalnya, hidupmu bakal tak tertahankan, karena takdir telah menyusun perangkap bagimu, dan kau tahu kau tidak layak mengalaminya. Bukan terang yang ingin kautemukan, kau hanya ingin memastikan bahwa yang ada hanyalah kegelapan."

p.154
"..... Orang yang, di balik topengnya sebagai wanita muda yang ulet dan jujur, juga menginginkan balas dendam. Kita tidak bisa melihat musuh kita, maka kita pun melampiaskan keputusasaan kita pada segala sesuatu di sekeliling kita, karena kalau kita menarik kesimpulan logis, maka musuh kita yang sesungguhnya adalah Tuhan, yang telah membiarkan kita merasakan semua penderitaan ini. Hasrat membalas dendam ini takkan pernah terpuaskan, karena sasarannya adalah kehidupan itu sendiri."

p.155
"...Ingatkah kau filsuf yang kuceritakan pada percakapan kedua kita? Yang mengatakan bahwa neraka Tuhan adalah kasih-Nya terhadap manusia, karena perbuatan manusia membuat setiap detik dalam hidup-Nya yang abadi terasa menyiksa? Filsuf itu mengatakan sesuatu yang lain, katanya, untuk mencapai yang terbaik dalam dirinya, manusia membutuhkan yang terburuk dari dirinya."
"Aku tidak tahu apakah Tuhan memang adil. Dia tidak memperlakukanku dengan adil, dan perasaan tak berdaya itulah yang menghancurkan jiwaku. Aku tidak bisa menjadi sebaik yang kuinginkan, atau sejahat yang seharusnya. .........."

p.157
"......tapi kau percaya bahwa kau anak yatim piatu yang tidak berdaya, kau ingin diterima berapa pun harga yang harus kaubayar. Tapi karena hal itu tidak selalu terpenuhi, kebutuhanmu untuk dicintai berubah menjadi keinginan yang besar untuk membalas dendam. Sesungguhnya, kau berharap dirimu tidak berbeda dengan penduduk Viscos lainnya, _____ dengan kata lain, jauh di lubuk hati, kita semua ingin sama seperti orang-orang lain. Namun takdir menggariskan nasib yang berbeda bagimu."


Jika Anda mempertanyakan baik dan jahat. Tuhan adil atau tidak. Tuhan baik atau kejam. Hmm.. mungkin ini sedikit membantu karena sifatnya filosofis. Saya sendiri tidak pernah mempertanyakan apakah Tuhan itu adil/tdk, kejam/baik, hidup saya adil/tdk. Well, untuk yang satu ini saya beruntung. Hahaha....

0 komentar:

Posting Komentar