Jumat, 29 April 2011

The Kreutzer Sonata by Leo Tolstoy (da quote)

Beberapa saat lalu saya membaca katalog Pesona JNE dan mata saya tertumbuk pada satu produk yang membuat saya ngiler, Pempek Candy.... fufufu.. Lalu entah bagaimana jalan ceritanya, tapi disinilah saya mengetik hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan Pempek Candy. Hmmm.. mungkin saya harus mencoba order keripik pisang coklat dari Lampung juga. Weekend itu memang paling mantap ngemil^^

Ok, terlepas dari hasrat saya tersebut, hasrat saya yang lain adalah menambahkan satu posting di blog ini. Saya cukup menyukai blog kali ini, karena saya bisa membicarakan banyak hal yang berhubungan dengan banyak hal juga dan semua bisa membacanya dan tidak berhenti membacanya. Kenapa? Karena saya tidak membicarakan tentang diri saya^^ Kali ini saya ingin mengangkat salah satu buah karya Leo Tolstoy yaitu The Kreutzer Sonata, ada beberapa terbitan menterjemahkan sebagai Bahagia Perkimpoian.

Seperti The Devil and Miss Prym by Paulo Coelho, saya hanya akan mengutip beberapa poin yang cukup menarik dan mungkin sedikit komen disana-sini (hanya sedikit, tenang saja^^).

Latar belakang penulisan dan yang berkaitan dengan tulisan ini.
Pada masa itu bila seorang lelaki terhormat/dari keluarga kaya/terpandang/bangsawan adalah hal biasa untuk berpesta pora dan bersenang-senang seperti minum, bermain perempuan. Ini dianggap sebagai kebiasaan yang tidak merusak moral/tidak dianggap dosa. Yang ingin diangkat disini: bermain perempuan, akan kita sebut kemudian perbuatan bejat (sebagaimana tokoh dalam cerita ini menyebutkan demikian).
Beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi perbuatan bejat ini dibicarakan.

Ilmu pengetahuan merusak.
"Bagaimana bisa ilmu pengetahuan merusak kita?"
"Tentu saja bisa, lihatlah para dokter, para uskup ilmu pengetahuan itu. Siapa yang merusak kaum muda dengan menetapkan cara-cara menjaga kesehatan pribadi seperti itu? Siapa yang merusak para perempuan dengan menyediakan sarana dan mengajari mereka cara-cara agar tidak memiliki anak?"
"Ya. Jika satu per seratus usaha yang dihabiskan dalam mengobati pelbagai penyakit itu digunakan untuk menyembuhkan kebejatan, sudah tidak akan ada lagi penyakit sejak dulu-dulu; sementara itu, sekarang diupayakan segala cara, bukan untuk menanggulangi kebejatan, tetapi untuk mendukungnya, dengan meyakinkan bahwa konsekuensi dari kebejatan itu aman bagi kita.........."

(mungkin seperti kondom saat ini? bangsa kita yang berbudaya say no to free sex, namun kondom bebas dibagikan di lingkungan publik--dinyatakan based on fact! not opinion!)


h.28
"Sayang, kali pertama saya terjerumus itu, ada sesuatu yang ganjil dan menyentuh. Seingat saya, saya langsung didera kesedihan begitu hebat sampai-sampai ingin menangis, menyesali putusnya hubungan dengan perempuan selama-lamanya. Ya, hubungan-hubungan saya dengan perempuan sudah putus untuk selama-lamanya. Saya tidak bisa memiliki hubungan suci dengan para perempuan, sejak saat itu hingga selama-lamanya......"
(mungkin disini pembicara menyatakan perasaannya saat pertama kali melakukan perbuatan bejat)


h.41
".....Benar; dengan bantuan hawa nafsu, akan kami tundukkan kalian di bawah cengkeraman kami...."
".....sehingga pada akhirnya 'serasa resmi' laki-laki yang memilih, padahal sejatinya perempuanlah yang memilih. Begitu mendapat sarana, dia akan menyalahgunakan sarana-sarana itu, dan dia pun memiliki kuasa yang hebat."
".....segala kemewahan hidup itu dibutuhkan dan didukung oleh perempuan. Hitunglah pabrik-pabrik; sebagian besar sibuk membuat perhiasan kaum perempuan. Berjuta lelaki, para budak selama berabad-abad, mati saat bekerja keras seperti tahanan hanya untuk memuaskan hasrat pasangan kita....."
".....Dan semua ini karena mereka telah dihina, karena mereka tak mendapat hak yang setara dengan hak yang dinikmati lelaki. Mereka membalas dendam karena hawa nafsu kita; mereka menjaring kita...."
(pembicara menyatakan apa yang sebenarnya bisa dilakukan perempuan)


h.46
"....Umumnya orang setuju bahwa cinta itu perasaan moral, lebih merupakan persamaan pikiran ketimbang sekadar persamaan rasa. Jika begitu, persamaan pikiran ini harus diungkapkan dengan kata-kata dan perbincangan. Tidak ada yang seperti itu. Benar-benar sulit bagi kami untuk bicara. Perbincangan kami benar-benar berat, seperti kerja ngoyuh sisipus! (yg ini sy tidak mengerti artinya) Jarang sekali kami memikirkan sesuatu yang bisa dikatakan, dan mengatakannya, ketika kami terjebak kebisuan dan mencoba menemukan topik pembicaraan baru. Secara harfiah, entah apa yang harus kami katakan kepada orang lain. Yang bisa kami pikirkan hanya tentang hidup di hadapan kami dan rumah kami sudah dibicarakan. Lalu apa? Jika kami ini binatang, tentu tak perlu bicara. Tapi, sebaliknya, disini kami harus bicara, dan bahannya tidak ada! Karena yang ada di pikiran kami bukan sesuatu yang bisa diungkapkan dengan kata-kata...."
(pembicara mempertanyakan apakah esensi cinta? rasa ataukah persamaan pikiran?)


h.53
"....Cita-cita tertinggi atau kondisi terbaik kaum perempuan, yaitu jadi suci, tanpa dosa, perawan, membangkitkan ketakutan dan memancing tawa dalam masyarakat kita. Berapa banyak, berapa banyak gadis muda mengorbankan kesucian mereka karena dipaksa mengikuti opini umum dengan menikahi penjahat hingga mereka kehilangan keperawanan--dengan kata lain, kehilangan keutamaan. Karena takut mendapati diri dalam kondisi ideal itu, mereka pun menghancurkan diri sendiri."


h.54
"...Dia merasa benar-benar menderita, sedih. Mungkin siksa jiwa membuat dia paham betapa hina hubungan kami, tetapi dia sulit menemukan kata yang pas untuk mengungkapkan...... Seluruh wajahnya mengisyaratkan kebencian, kebencian kepada saya."
"....Dalam kata-katanya, pada ekspresi wajahnya, di matanya, lagi-lagi saya lihat ada kebencian yang sebelumnya telah membuat saya terkejut....."
(pembicara menjelaskan apa yang dia rasakan mengenai perasaan istrinya dan bagaimana istrinya memandang dia sebagai lelaki)



Judul The Kreutzer Sonata sendiri tidak bisa diterjemahkan sebagai Bahagia Perkimpoian, karena memiliki arti yang berbeda. Sedangkan isi dari cerita ini sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu kebahagiaan pernikahan tetapi lebih menekankan topik hubungan pria dan wanita dan perasaan yang timbul karenanya dan kemudian perasaan yang timbul saat diikat dalam pernikahan. Dan The Kreutzer Sonata merupakan sonata yang dimainkan oleh sang istri dan mentor musiknya, yang kemudian didengar oleh sang suami (si pembicara), dan saat momen itulah dalam pikiran sang suami berkecamuk perasaan cemburu-dendam-marah-dll. Dan momen inilah yang menentukan kisah mereka kemudian. Dan secara cerdas Leo Tolstoy mengungkapkan inti cerita ini dalam satu judul The Kreutzer Sonata. Jadi mengapa ada penerbit di Indonesia mengubah judul yang sangat baik dengan Bahagia Perkimpoian???

Kutipan di atas saya ambil dari buku terjemahan Jalasutra yang juga berjudul The Kreutzer Sonata, terbit tahun 2009, 160 halaman, ISBN 9786028252232.  Kalau ada salah pengetikan mungkin saya yang salah (masih mungkin, bukan mutlak^^)

(Pic Source: http://jendelailmu.com)

0 komentar:

Posting Komentar